Seorang atasan yang “toxic” pasti tidak membahagiakan. Jangan memilih atasan yang tidak penyayang sebagai pemimpin. Seorang yang tidak penyayang adalah orang tidak peduli denngan kebaikan hati dan kehidupan orang lain, sedangkan orang yang penyayang adalah orang yang berusaha menyejahterakan. Orang yang menyejahterakan adalah orang yang harus berlaku adil dan jujur, orang tersebut tidak akan berlaku adil jika tidak jujur. Itu sebabnya, orang yang berlaku adil dan jujur, harus memiliki pribadi berani. Jika orang yang memiliki keberanian, ia akan menjadi orang yang tegas, karena tegas adalah pembangun hormat. Sebaiknya, kita jangan bekerja di perusahaan yang memiliki atasan yang tidak penyayang. Berfokuslah pada diri kita sehingga kita harus sejahtera, di dalam seburuk-buruknya kepemimpinan.
Kita tidak tahu apakah kita akan berhasil atau tidak, maka tugas kita adalah memastikan kualitas perjalanan keseharian kita membahagiakan dan orang yanb berbahagia dalam kesehariannya memiliki bakat untuk berhasil. Bekerja di sebuah lingkungan yang tidak baik (toxic) dapat mengakibatkan :1. Mengkerdilkan hati; membuat kita merasa tidak berharga dan tidak diinginkan di tempat lain.
2. Mengkerdilkan pikiran; memikirkan tidak akan mungkin bisa berhasil.
3. Mengkerdilkan upaya; tidak lagi bergaul, tidak membuka diri bagi kemungkinan baru karena diperlakukan buruk.
Jika kita ingin keluar dari sebuah perusahaan, jangan keluar sebagai “macan terluka” melainkan keluar sebagai jagoan. Berfokuslah pada kebaikan yang bisa kita lakukan untuk menjadikan kita bernilai lalu tampillah sebaik-baiknya agar “ditemukan” orang-orang penting. Cara terbaik termenolak perintah atasan adalah melaksanakan perintahnya sebaik-baiknya. Atasan yang tidak mampu merupakan sebuah berkah, itu sebabnya kita dipercayai untuk ditugaskan. Kita tidak bisa membangun bangsa yang jujur, jika setiap dari kita tidak tegas menolak yang tidak jujur.
Setiap orang hidup dalam nasibnya, jangan mengeluhkan nasib kita.tuhan telah mengatakan, “Aku tidak akan mengubah nasibnya kecuali kau yang mengubah nasibmu sendiri.” Maka orang yang mengeluhkan nasibnya sendiri adalah orang yang merendahkan upayanya sendiri untuk mengubah kualitas hidupnya. Sikapilah keburukan, kejadian, dan keadaan yang tidak kita sukai sebagai rahmat bahkan lebih penting daripada yang baik.
Semua orang yang letih pada hidupnya karena sedang mempertahankan dirinya menyebabkan dirinya jauh dari kebaikan. Tidak ada kebaikan di jalan lain selain kebaikan, kebaikan adalah jalannya Tuhan sehingga orang yang berjalan di jalan kebaikan sedungguhnya ia sedang berjalan bersama Tuhan. Untuk orang-orang yang berjalan bersama Tuhan apa yang tidak bisa dilampauinya karena orang yang berjalan bersama Tuhan akan diberikan kekuatan untuk melampaui hal-hal yang berat, sulit, dan tinggi, apabila ia tidak mampu maka Tuhan-lah yang membawanya naik. Itulah sebabnya Tuhan juga disebut “Yang Meninggikan”.
Posting Komentar